Kamis, 15 Januari 2015

Barus : Pintu Masuk Islam di Indonesia

Sejak berabad lamanya dan bahkan hingga saat detik ini, kapur barus dimanfaatkan oleh seluruh dunia sebagai wewangian hingga obat-obatan. Indonesia boleh berbangga hati karena salah satu wilayah di Sumatera Utara, merupakan primadona penghasil komoditi tersebut.

Daerah yang dimaksud adalah Barus, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Meskipun tak seterkenal Medan ataupun Danau Toba, Barus begitu istimewa karena dipadati sejarah dan jejak peradaban.

Bisa jadi, Barus merupakan satu-satunya kota kecil di Tanah Air yang namanya telah disebut sejak awal abad Masehi oleh literatur-literatur dalam berbagai bahasa seperti bahasa Yunani, Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Melayu, dan Jawa.

Kapal-kapal asing berlabuh di sana ribuan tahun yang lalu. Barus pernah diklaim sebagai kota pelabuhan terbesar se-Nusantara. Pada 627-643 Masehi, pedagang dari Timur Tengah berdatangan untuk memburu pohon kapur barus. Sejak itulah Barus dipercaya sebagai pintu masuk agama islam di Indonesia. Barus kemudian tersohor dan menggoda pedagang lain dari Srilanka, Yaman, Inggris dan Spanyol untuk datang.
Catatan sejarah lain menyebutkan bahwa Dinasti Syailendra pernah menaklukan Barus. Juga yang tak kalah menarik, petualang legendaris Marcopolo dan sejarawan muslim Ibu Batutah, dikabarkan pernah singgahi Barus.

Barus merangkum masa lalu lewat situs-situs yang kini masih tertata rapi. Makam-makam tua bercorak islam seperti Makam Mahligai, situs purbakala Tuanku Pinago dan situs Makam Tuanku Kinali adalah beberapa saksi bisu yang bisa dijumpai. Pulau Karang di seberang pesisir Barus juga menyimpan sebuah situs namun Anda harus melewati semak belukar untuk mencapainya.

Dari sekian banyak situs, Makam Papan Tenggi adalah yang paling sering dikunjungi wisatawan. Makam ini begitu indah, lantaran terletak di ketinggian 153 m dpl dan dilatari perairan Samudehra Indonesia. Di sini, terdapat makam istimewa yang memiliki panjang 9 meter dengan nisan setinggi 1,5 meter.